Wednesday, August 11, 2010
Merdeka dari Mental Check Clock
Refleksi 63 tahun Kemerdekaan RI
Merdeka dari Mental Check Clock
Memasuki bulan Agustus ini, apa yang terpikir di benak Anda ketika mendengar kata “Merdeka”? Merdeka dari penjajahan? Merdeka untuk menentukan nasib sendiri?
Merdeka berarti memiliki kepastian untuk menentukan nasibnya sendiri. Ketika Sokarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, maka itu berarti Indonesia memiliki kepastian untuk menentukan nasibnya sendiri. Bagaimana dengan kita? Sebagai seorang pelaku bisnis dan penggerak perekonomian Indonesia, apa yang telah kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan ini? Mungkin kita tidak perlu lagi berjuang mengangkat senjata, namun bukankah kita masih tetap perlu berjuang untuk mengisi kemerdekaan ini.
Pertanyaannya adalah, apakah yang telah kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan ini?Mengisinya dengan kontribusi yang tiada putusnya? Atau, bekerja hanya dengan semangat ‘nine to five’?
Saya masih ingat Februari lalu, kala saya bersama seluruh staff TOTAL QUALITY berangkat ke China. Demi menggenapi pepatah ‘tuntutlah ilmu sampai ke negeri China’ kamipun berangkat. Kala yang lain memilih untuk mundur karena terjadi hujan badai, kami nekat berangkat demi mendapatkan sesuatu yang baru di China.
Dan hasilnya sungguh luar biasa, kami melihat produktivitas yang luar biasa. Hasil kerja selama 3 hari di Indonesia, sanggup dikerjakan hanya 3 jam saja. Ajaib? Tidak! Karena mereka bekerja dengan efektif dan efisien. Setiap pekerjaan dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Tidak ada waktu untuk santai dan bekerja seenaknya. Tiap-tiap orang telah mengerti tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga yang terjadi adalah produktivitas yang mengagumkan. Sehingga tidak heran, pertumbuhan perekonomian mereka berjalan dengan sangat cepat sekali. Sedangkan di negara kita? Berapa banyak waktu yang terbuang karena ketidak produktifannya kita. Berapa banyak waktu yang kita habiskan, untuk pekerjaan yang sebenarnya bisa kita selesaikan dengan cepat.
Apakah ini gambaran ideal untuk mengisi 63 tahun kemerdekaan Indonesia?
Bagi orang barat, bekerja sama dengan professional, sehingga ketika mereka bekerja, mereka akan bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan hasil sesempurna mungkin. Senada dengan itu, pekerja Jepang memaknai pekerjaan mereka sama dengan kehormatan mereka. Semakin tinggi tanggung jawab mereka, yang mengakibatkan mereka harus semakin larut pulang dari kantor, akan membuat ‘nilai’ mereka semakin terhormat. Bahkan kadang muncul pameo, jika pulang sore, maka tidak terhormat.
Lantas bagaimana dengan orang Indonesia? Bagi orang Indonesia, bekerja identik dengan Check Clock! Maksudnya, bekerja berarti absen datang di jam 9 pagi, dan lantas absen pulang di jam 5 sore, ini yang disebut bekerja! Tidak masalah selama jam itu mereka akan ngobrol ngalor ngidul, menjalankan ‘bisnis’ pribadi ataupun malahan tertidur lelap kala jam produktif. Pekerja Indonesia ‘bekerja’ hanya sekedar menghabiskan jam kerja antara jam 9 sampai 17.00. Mereka tidak lagi ambil pusing dengan masalah produktivitas kerja, yang penting selama jam kerja tidak membuat masalah serius, habis perkara. Akibatnya jam kerja tidak difungsikan secara maksimal. Jadi sebenarnya jika mau dihitung secara seksama hanya beberapa jam waktu saja yang benar-benar digunakan untuk bekerja.
Saya sangat sependapat dengan ungkapan Bp. Dahlan Iskan, Chairman salah satu harian terkemuka Indonesia, Jawa Pos, dalam acara TOTAL QUALITY Annual National Empowerment Congress (ANEC) 2 Maret 2008 lalu yang dihadiri 518 Direktur dan 4073 Manajer, dimana pada kesempatan itu beliau mengatakan perusahaan tidak akan maju jika karyawannya tidak bergairah. Yang artinya Indonesia tidak akan maju, jika penduduknya tidak bergairah untuk membangunnya.
Saya membayangkan jika kita semua dalam kondisi bergairah, maka tidak ada lagi waktu yang terbuang untuk pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan 2 hari yang lalu. Jika kita sedang bergairah maka check clock mindset akan terhapus dengan sendirinya, digantikan dengan antusiasme dan karya yang luar biasa. Pekerjaan akan menjadi kehormatan bagi kita, ketika kita menjadi sangat bergairah untuk menyelesaikannya.
Apakah Anda sedang bergairah mengisi 63 tahun kemerdekaan RI ini dengan kontribusi yang maksimal? Apakah Anda sedang bergairah memajukan perekonomian bangsa kita? Indonesia akan semakin maju ketika penduduknya menjadi bergairah. Maka dari itu, kembali mengutip pendapat Dahlan Iskan, Ayo semua bergairah…..
Mengutip salah satu lagu perjuangan kita, Mari Bung Rebut kembali (kejayaan bangsa Indonesia)… Mari bekerja bersama menjadi Kontributor bagi Indosia, bekerja giat menjadi Garam dan Terang Indonesia. Kalau bukan kita yang mengawali sebuah perubahan, maka Indonesia yang lebih baik tidak akan pernah terwujud. Kalau kita masih bermental Check Clock Mindset, sepertinya kesuksesan Indonesia akan menjadi wacana semata. Mari kita bersatu bergandeng tangan mewujudkan era Kesuksesan bagi Indonesia. Pahlawan pendahulu kita telah mengawalinya dengan darah dan airmata, kini giliran kita untuk mengisinya dengan karya yang tanpa henti,
Apa kabar Indonesia? Sukses!!!!
(ditulis sebagai artikel refleksi 63 tahun kemeredekaan RI di salah satu Koran berbahasa Indonesia di Hongkong, China)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment