Tuesday, February 01, 2011
Kain Kafan Turin
------------------------------------------------------------
PENYELIDIKAN KAIN KAFAN
------------------------------------------------------------
KAIN KAFAN TORINO BERASAL DARI ABAD KE-14?
Atas perintah dari Paus Johannes Paulus II kain kafan yang
disimpan di kota Torino di Italia Utara diselidiki secara
ilmiah dengan test-Carbon-14.
Test-Carbon-14 itu adalah cara yang baik untuk menentukan
umur dari barang purbakala. Metode itu sudah lama dikenal,
tetapi baru sekarang ini dapat dilakukan dengan contoh kain
yang kecil (kurang dari satu centimeter persegi).
Test dilakukan oleh tiga Universitas (satu di Amerika, satu
di Inggris dan satu di Swis). Penyelidikan dikoordinasi oleh
Direktur dari British Museum, Dr. Tite.
Pada bulan Oktober 1988 diumumkan hasilnya: Kain kafan di
Torino berasal dari abad 14, Dengan demikian sudah terbukti
bahwa kain kafan Torino bukan kain kafan Yesus, yang disebut
dalam Injil Yohanes.
PENIPUAN OLEH BRITISH MUSEUM?
Akan tetapi Dr. Bruno Bonnet-Eymard dalam majalah bulanan
Perancis 'La Contre-reforme catholique' menuduh Dr. Tite
melakukan penipuan. Pada waktu potongan dari kain kafan akan
dikirim ke Universitas yang akan menyelidiki kain itu, Dr.
Tite menukar potongan kain kafan dengan potongan kain lain
yang diambil dari Korkap Santo Louis, Uskup dari Anjou pada
abad ke-14.
PETISI KEPADA SANTO BAPA
Sekarang sudah ada banyak petisi kepada Santo Bapa di Roma,
supaya test-Carbon-14 diulang dengan penjagaan lebih ketat,
supaya jangan ada penipuan lagi.
Pada bulan Mei 1989 akan diadakan simposium di kota Bologna,
Italia, sebagai persiapan Kongres Internasional kelima, yang
akan diadakan di Cagliari, Italia pada bulan April 1990.
Harapan besar mereka akan mohon izin dari Santo Bapa untuk
mengulang test-Carbon-14.
PENYELIDIKAN BARU:
KAIN KAFAN DIBUAT DALAM ABAD KEDUA SEBELUM MASEHI!
Pada tahun 1973 Prof. Gilbert Raes dari Universitas Gent di
Belgium telah membuat penyelidikan-tekstil sepotong dari
kain kafan. Prof. Raes membuktikan bahwa benang dari kain
kafan dipintal dengan tangan. Pada akhir abad ke-11 di Eropa
Barat sudah memakai roda pemintal, sehingga penyelidikan
dari British Museum tidak cocok. Prof. Raes masih menyimpan
sepotong dari kain kafan itu. Potongan itu dikirim kc
Universitas di California (Amerika Serikat) untuk diselidiki
dengan test-Carbon-14. Hasilnya bahwa kain kafan itu dibuat
lebih kurang 200 tahun sebelum Yesus lahir. Yosef dari
Arimatea yang sudah mempunyai kuburan dekat Kalvari, mungkin
juga sudah mempunyai kain kafan yang mahal dan tua.
HASIL PENYELIDIKAN TEAM AMERIKA PADA TAHUN 1976
Pada tahun 1976 team dari Amerika menyelidiki kain kafan.
Hasil penyelidikan mereka dipelajari di Amerika oleh lebih
dari 400 orang ahli sains. Mereka semua berpendapat, bahwa
kain kafan bukan penipuan.
Gambar pada kain kafan sungguh cetakan dari jenasah seorang
yang disiksa seperti diceriterakan dalam Injil, bukan
lukisan. Tidak ketemu zat warna atau bahan kimia lain, yang
diperlukan untuk melukis.
Diperiksa dengan microscope tidak ketemu kesalahan anatomis.
Padahal ilmu anatomi yang tepat baru berumur 150 tahun.
Gambar adalah negatif, sedangkan fotografi baru dikenal
dalam abad ke-19.
Gambar mempunyai sifat tiga dimensi. Komputer dan alat foto
untuk menyelidiki tiga dimensi adalah alat mutakhir (tahun
70-an) yang dipakai oleh NASA untuk menyelidiki permukaan
bulan.
Luka pada tangan Yesus ketemu pada pergelangan tangan, bukan
ditengah-tengah tangan seperti lukisan-lukisan dari abad
pertengahan.
Luka pada lambung Yesus ketemu disebelah kanan bawah, bukan
kiri atas seperli patung salib biasa.
KEBENARAN AKAN MENANG
Kain kafan pernah dipakai untuk membungkus jenasah yang
disiksa seperti Yesus!
Ahli sains yang menyelidiki dulu tidak akan diam. Dalam
waktu singkat kebenaran akan menang!
J. Lampe S.J.
------------------------------------------------------------
BAGAIMANA SAMPAI DI TURIN?
------------------------------------------------------------
Kain kafan Turin dipercayai sebagai kain kafan yang dipakai
oleh para murid-Nya untuk membungkus jenazah Yesus waktu
dimakamkan, seperti dikisahkan oleh semua penginjil.
"Mereka menurunkan tubuh Yesus, lalu dikafaninya dengan kain
halus sambil membubuh rempah-rempah wangi, semuanya menurut
adat Yahudi menguburkan orang mati." (Yoh 1 9 :40)
Bagaimana sejarahnya maka Kain kafan itu sekarang disimpan
di kota Turin di Italia Utara?
Pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati, Kain kafan
ditinggal di dalam makam. Yohanes memberi kesaksian dalam
injilnya: "Ia (Yohanes) menjenguk ke dalam dan dilihatnya
kain kafan terletak di situ." Sesudah itu tidak disinggung
tentang Kain kafan. Dapat dipastikan, para rasul dan para
murid membawa Kain kafan suci ke Yerusalem dan menyimpan
serta menghormatinya di sana. Tetapi sebelum tahun 348 (jadi
selama tiga abad lebih) tidak adalah berita-berita tentang
Kain kafan itu. Dapat kita maklumi keadaan ini, sebab selama
waktu itu orang-orang kristiani sedang dikejar-kejar,
dianiaya, dan bila tertangkap, dibunuh. Orang-orang
kristiani bersembunyi, menjalankan ibadat-ibadat secara
sembunyi-sembunyi, dan menyembunyikan semua barang dan orang
yang bersangkut paut dengan iman mereka, termasuk Kain kafan
Yesus.
Baru sesudah Konstantinus naik takhta sebagai Kaisar Roma
dan bertobat menjadi kristiani, (313), maka agama kristiani
dapat berkembang dengan bebas dan orang-orang kristiani
dapat menjalankan ibadat-ibadat mereka dengan leluasa. Pada
tahun 348 St. Sirilus, uskup Yerusalem, membuktikan
kebangkitan Yesus dengan menunjukkan kepada umatnya Kain
kafan Yesus. Pada tahun 670 uskup Arkulfus dari Britani
Perancis menulis dalam buku hariannya tentang ziarahnya ke
Yerusalem; ia mencatat bahwa ia melihat, mencium dan
mengukur panjang Kain kafan itu.
Pada tahun 1005 Yerusalem diserang dan diduduki oleh
orang-orang Turki (Islam). Orang-orang kristiani melarikan
diri ke Konstantinopel (Istambul sekarang); harta Gereja dan
barang-barang suci yang sangat berharga mereka bawa serta,
termasuk Kain kafan Yesus. Pada tahun 1147 raja Louis VII
dari Perancis datang ke Konstantinopel dan menghormati Kain
kafan.
Konstantinopel pun tidak luput dari serbuan orang-orang
Turki. Berkali-kali Konstantinopel menjadi rebutan antara
raja-raja kristiani dan raja-raja Islam. Relikui-relikui
suci ada yang hilang. Tetapi Kain kafan masih tetap aman dan
utuh. Para peziarah tetap berdatangan ke Konstantinopel
untuk menghormati Kain kafan Yesus. Dalam salah satu buku
harian para peziarah itu disebutkan bahwa tiap-tiap hari
Jumat Kain kafan itu diperlihatkan kepada khalayak umum yang
ingin menghormatinya. Tetapi Konstantinopel terus menerus
saja menjadi bulan-bulanan serangan orang-orang Turki.
Keamanannya kurang terjamin. Maka selama Perang-perang Salib
berikutnya diamankanlah barang-barang suci dari
Konstantinopel.
Pada tahun 1353 Kain kafan diketahui berada di keluarga
Geoffrey de Charny dari Perancis, di kota Lirey. Pada tahun
1357 keluarga bangsawan yang miskin di daerah Perancis
Tengah itu memamerkan kain itu dalam gereja setempat mereka.
Keluarga yang berharap menarik perhatian para peziarah dan
sumbangan mereka mengatakan bahwa kain itu adalah Kain kafan
yang dipakai pada pemakaman Yesus Kristus.
Uskup setempat segera memerintahkan supaya pameran itu
ditutup. Pada waktu itu barang peninggalan merupakan usaha
dagang yang menguntungkan, dan pemalsuan pun sudah menjadi
hal yang biasa. Sangat tidak mungkin bahwa sebuah keluarga
yang tidak dikenal memiliki Kain kafan asli dari Yesus.[1]
----
[1] Majalah Mingguan Hidup, No.1O Th. XXXIV 7 Maret 1982,
"Inikah Wajah Yesus Kristus?", hlm. 6.
Pada tahun 1452 Kain kafan itu dipertukarkan dengan sebuah
puri dan tanah yang mengelilinginya. Pemiliknya sekarang
adalah Pangeran Louis Savoie. Kain kafan dipindah dari Lirey
ke Chambery. Dan di tempat ini dibangun sebuah kapel yang
indah untuk Kain kafan itu. Kain kafan disimpan dalam sebuah
peti perak, dilipat rapi. Pada tahun 1532 terjadi kebakaran
di sakristi kapel itu. Sebagian tutup peti perak itu
terbakar. Lelehan perak menjatuhi Kain kafan dan
menghanguskan lipatan-lipatannya. Pada tahun 1534
suster-suster Klaris dari Chambery diberi tugas memperbaiki
Kain kafan itu.
Pada tahun 1578 Emmanuele Filibert II, Raja Savoie,
memindahkan Kain kafan ke Turin, untuk memperpendek
perjalanan Karolus Borromeus, Uskup Agung Milan, yang ingin
menghormati Kain kafan karena Milan telah dijauhkan dari
suatu bencana. Di Turin Kain kafan mula-mula disimpan di
gereja St. Laurensius, di dalam kapel Bunda Berdukacita.
Pada tahun 1649 Kain kafan dipindahkan ke kapel yang
dirancang dan dibangun oleh Guarino Guarini di dekat
Katedral Turin.
Dalam Perang Dunia II Kain kafan sempat diamankan ke kota
Napels. Tetapi pada tahun 1946 Kain kafan dibawa kembali ke
Turin dan disimpan di sana hingga sekarang. Secara yuridis
Kain kafan tetap menjadi milik keluarga Savoie. Namun ada
tiga instansi yang memegang kuncinya, yaitu keturunan
keluarga Savoie sendiri, Uskup Agung Turin, dan Pemerintah
di Turin.
------------------------------------------------------------
PENELITIAN KAIN KAFAN
------------------------------------------------------------
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul tentang Kain kafan Turin
itu telah menciptakan ilmu pengetahuan baru, yang disebut
sindonologi. (Sandon, bhs. Latin, berarti: kain kafan.)
Pertanyaan-pertanyaan itu mengenai:
1. Keaslian (autentisitas) Kain kafan: Apakah Kain kafan
Turin itu benar-benar kain lenan yang dibeli oleh Yusuf
Arimatea untuk membungkus (mengafani) tubuh Yesus?
2. Keaslian (kesungguhan) gambar pada Kain kafan: Apakah
gambar yang tertera pada Kain kafan itu sungguh-sungguh
bekas darah yang mengalir dari luka-luka? Mungkinkah
itu hanya hasil lukisan seorang seniman, suatu tiruan
dari abad 14 atau sebelumnya?
3. Bagaimana gambar itu sampai tertera pada Kain kafan?
Bagaimana darah-darah yang meliputi tubuh penuh luka itu
membekas (mengecap) pada Kain kafan, sehingga timbullah
perwujudan manusia Kain kafan itu?
Penelitian Kain kafan bermula dengan pembuatan foto Kain
kafan itu pada tahun 1898 oleh Secondo Pia. Sambil mengikuti
pameran umum yang jarang dibuat untuk Kain kafan Turin,
Secondo Pia, seorang fotografer Italia, diijinkan untuk
mengambil foto dari peninggalan itu. Ketika memperbesar
negatifnya, Secondo terkejut karena menemukan gambar positif
dari wajah pada Kain kafan itu, sebuah gambar yang jauh
lebih jelas bagaikan hidup daripada kalau Kain kafan dilihat
dengan mata telanjang. Ini adalah penemuan pertama bahwa
gambar pada Kain kafan itu menyerupai negatif fotografis --
semacam gambar yang tidak dapat dipahami oleh pemalsu abad
pertengahan.
Pada tahun 1900 seorang seniman Perancis dan ahli biologi,
Paul Vignon, berusaha menemukan bagaimana terjadi gambar
pada Kain kafan Turin itu. Ia menetapkan bahwa itu bukanlah
lukisan atau celupan dan menyatakan bahwa bagaimanapun juga
gambar itu diproyeksikan ke dalam Kain kafan oleh sebuah
tubuh manusia.[2]
----
[2] Hidup, 7 Maret 1982, hlm. 12
Pada tahun 1931 seseorang bernama Joseph Enrie membuat foto
lagi atas Kain kafan dengan hasil yang lebih jelas dan
lengkap.
Pada tahun 1969 Uskup Agung Turin, Kardinal Pellegrino,
membentuk suatu komisi penelitian untuk mempelajari lebih
mendalam lagi tentang Kain kafan. Seseorang bernama Giovanni
Battista Judica-Cordiglia membuat foto baru Kain kafan
dengan teknik-teknik fotografi yang lebih maju. Pada tahun
1973 tanggal 22 dan 23 November, Kain kafan dipertunjukkan
di layar televisi untuk pertama kalinya. Monsignor Giulio
Ricci membuat foto-foto dari Kain kafan untuk meneruskan
penyelidikan-penyelidikannya. Dan komisi baru dibentuk pula
untuk penelitian-penelitian lebih lanjut.
Monsignor Giulio Ricci mengabdikan diri kepada penelitian
Kain kafan itu sejak tahun 1950. Ia mempelajari bekas-bekas
pada Kain kafan satu demi satu, menganalisis sifat dan
morfologinya (bentuk dan susunannya), dan menyelidiki
arah-arah aliran darah, sudut-sudut, keteraturan dan
ketidakteraturannya. Ia mendasarkan penelitian-penelitiannya
atas semua ilmu pengetahuan modern dengan dibantu oleh
ilmuwan-ilmuwan dari Italia dan negara-negara lainnya. Pada
tahun 1976 ia terpilih menjadi presiden Centro Romano di
Sindonologia (Pusat Sindonologi Roma). Ia juga menjadi
anggota Pusat Internasional Sindonologi di Turin. Dewasa ini
ia dipandang sebagai seorang ahli terkemuka tentang Kain
kafan.
Selain ilmuwan-ilmuwan Italia, para ilmuwan dari negara lain
pun menaruh perhatian yang besar. Kain kafan Turin telah
menjadi salah satu obyek penelitian ilmiah yang sangat
intensif yang pernah dilakukan di antara sekian banyak
peninggalan sejarah lainnya. Pada tahun 1978 terbentuk
kelompok ilmuwan dari Amerika Serikat yang disebut Proyek
Penelitian Kain Kafan Turin. Dua orang yang terlibat dalam
Proyek ini ialah Kenneth Stevenson, seorang insinyur dan
bekas perwira angkatan udara, dan Gary Habermas, seorang
profesor sejarah dan filsafat. Mereka menjelajahi seluruh
Italia dengan susunan terbaik dari alat uji-coba
non-destruktif yang mungkin dapat mereka adakan. Mereka
mengadakan segalanya dari sinar merah infra sampai pada
x-ray. Mereka mempergunakan spektroskopi, cermin sinar merah
infra, sinar ultraviolet, x-ray standar, sinar x-ray
pokoknya apa saja yang dapat dipikirkan dipakai untuk
menenun kapas; bekas-bekas kapas terdapat pada serat-serat
lenan yang diselidikinya. Dan diketahui bahwa kapas sudah
terdapat di Timur Tengah sejak abad 7 sebelum Masehi dan
tidak ditanam di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang
ilmuwan itu membuktikan bahwa Kain kafan Turin ditenun di
Timur Tengah dan sudah diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan
bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada di Palestina, di
Turki dan di kawasan Laut Tengah.
Yang tidak dapat diragu-ragukan lagi tentang Kain kafan
Turin ialah bahwa Kain kafan itu dahulu dipakai untuk
membungkus Seorang Manusia; bahwa Manusia itu membekas pada
Kain kafan itu; dan bahwa bekas-bekas pada Kain kafan itu
bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka Manusia itu.
Sifat luka-luka Manusia itu juga sudah diselidiki secara
anatomis dan patologis dan menambah kepastian bahwa
bekas-bekas itu sungguh-sungguh bekas-bekas darah, bukan
tiruan atau buatan tangan manusia/seniman abad 14.
Seandainya bekas-bekas itu tiruan atau buatan belaka,
bagaimana mungkin bekas-bekas itu dapat dilukis demikian
cermatnya sampai hal yang sekecil-kecilnya dan tak satu
kejanggalan pun yang dapat dikenali oleh ilmuwan-ilmuwan
kedokteran dewasa ini. Mungkinkah seniman abad 14 akan
mempunyai ilmu pengetahuan kedokteran abad 20? Karena
pertimbangan itu semua maka para ahli anatomi dan patologi
berkesimpulan bahwa gambar yang membekas pada Kain kafan
Turin itu bukanlah tiruan atau buah karya seniman abad 14.
Apakah Manusia yang terbungkus Kain kafan Turin benar-benar
Yesus sendiri? Hal ini kiranya juga tidak diragu-ragukan
lagi. Penelitian terhadap bekas-bekas darah yang ada pada
Kain kafan Turin mengungkapkan bahwa Manusia Kain kafan itu
telah mengalami lima tahap penderitaan: penderaan,
pemahkotaan duri, pemanggulan salib, penyaliban di atas
bukit Kalpari, dan penusukan lambung dengan tombak. Dari
historiografi (penulisan sejarah) tak dapat diketemukan
orang lain yang telah menjalani kelima tahap penderitaan
itu, kecuali orang yang disebut "Yesus Kristus" dalam kisah
sengsara menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Gary Habermas menguatkan hal ini. Ia berkata, "Sejarah dan
arkeologi memberikan kerangka umum tentang apakah itu
penyaliban. Dan kita tahu dari cerita Injil tentang sejumlah
hal yang telah diperbuat terhadap Yesus yang bukan merupakan
prosedur biasa dalam penyaliban. Hal-hal itu seperti
misalnya: bahwa Ia dimahkotai duri, bahwa kaki-Nya tidak
dipatahkan, bahwa Ia ditikam di lambung setelah Ia meninggal
dan keluarlah darah dan air. Juga tidak lazim bagi seorang
penjahat yang tersalib mendapatkan penguburan pribadi dengan
pakaian lenan yang mahal.
Para ahli kedokteran yang telah meneliti Kain kafan berkata
bahwa hal ini dengan tepat menunjukkan hal-hal sebagai
berikut: seorang yang dimahkotai dengan duri, yang kakinya
tidak dipatahkan, yang ditikam di lambung dengan senjata
ukuran seorang serdadu Roma, dengan darah dan air tercurah
dari lukanya setelah kematian. Dan ia juga dikuburkan
tersendiri dalam pakaian lenan yang mahal. Bukan hanya
semuanya ini menunjukkan kesamaan tetapi juga tidak adanya
titik perbedaan. Jika mereka adalah orang-orang yang
berlainan, anda dapat berharap menemukan sekurang-kurangnya
satu detail yang tidak cocok. Tetapi sekali lagi, tidak ada
titik perbedaan.
Selain itu, Proyek Penelitian Kain Kafan Turin juga
mengungkapkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat empat
petunjuk pada Kain kafan tentang kebangkitan orang yang
terbungkus di dalamnya. Pertama, tidak terdapat pembusukan
pada pakaian. Mayat yang terbungkus di dalamnya selama lebih
dari empat hari pastilah akan membusuk dengan hebatnya.
Tetapi kita tidak menemukan suatu tanda tentang hal itu pada
Kain kafan. Jadi orang yang mati di dalamnya telah bangkit,
atau sebelum hari yang keempat telah dipindahkan dari
dalamnya. Seandainya mayat dipindahkan dari dalam
bungkusnya, bagaimana kita akan menerangkan gambar yang
terjadi pada kain pembungkus itu? Pada Kain kafan itu kita
menyaksikan bekas lumuran darah yang pekat dan utuh; bekuan
darah tidak retak atau rusak. Anda dapat membayangkan
pembalut pada luka: ketika anda membuka, pembalut itu
sedikit melekat pada luka. Kain kafan dihubungkan secara
longgar dengan mayat oleh darah yang mengering. Jika ada
orang melepaskannya, ia akan menghancurkan bekuan darah dan
meretakkan ujung bekas lumuran darah yang kering. Para ahli
kedokteran yang telah mempelajari Kain kafan mengatakan itu
tidak terjadi.
Jadi pertama, mayat tidak berada cukup lama dalam Kain kafan
untuk membusuk, dan kedua, bekas lumuran darah yang utuh
mengatakan kepada kita bahwa mayat itu (tetap) terbungkus;
mayat tidak pernah dipindahkan dari bungkusnya .
Petunjuk ketiga tentang kebangkitan ialah bahwa gambar itu
memiliki ciri-ciri barang hangus. Maka petunjuk ketiga
berdasarkan pada teori bahwa gambar disebabkan oleh suatu
penghangusan. Mayat telah meninggalkan Kain kafan tanpa
terbungkus dan pakaian yang hangus dengan gambar tentang
dirinya sendiri. Hal ini memberikan penjelasan adanya
semacam kekuatan enersi yang mungkin menghanguskan Kain
kafan itu kekuatan enersi yang bersinar cemerlang yang telah
menjadikan orang mati dalam bungkus Kain kafan itu bangkit
dan hidup kembali dalam kemuliaan ilahi.
Petunjuk keempat adalah sebuah bukti sejarah. Jika Kain
kafan menguatkan cerita Injil tentang kematian Yesus, maka
Kain kafan cenderung menguatkan apa yang dikatakan Injil
tentang kebangkitan Yesus.
Jadi gambar pada Kain kafan hanya dapat terjadi, bila orang
yang terbungkus di dalamnya bangkit dari mati penuh cahaya
cemerlang.[5]
----
[5] Hidup, 7 Maret 1982, hlm. 9-10.
Tentang bagaimana terjadinya gambar pada Kain kafan itu,
penyelidikan demi penyelidikan sedang berlangsung. Ahli-ahli
kimia, biokimia, pembesaran gambar dan analisis dengan
komputer, fisika nuklir, fotografi bintang, spektroskopi,
termo-kimia, mikroanalisis dan selidik-mikro ion, penentuan
tanggal dengan karbon semuanya mencurahkan perhatian untuk
membuka rahasia tentang terjadinya gambar pada Kain kafan
itu. Yang mereka ungkapkan antara lain bahwa gambar itu
terjadi melalui proses pancaran cahaya termonuklir
(fotolisis dalam kilatan cahaya sekejap), atau ledakan sinar
yang sangat terang dalam sekilas; bahwa gambar itu terjadi
sebagai akibat campuran wangi-wangian ratus dan blendok
dalam iklim yang lembab; bahwa gambar itu tercipta berkat
proses fibrinolisis (pelunakan darah yang beku karena adanya
fibrinolisin dalam darah atau karena ulah bakteri-bakteri);
bahwa gambar itu terjadi sebagai akibat dari pelbagai reaksi
biokimia.
Kita nantikan hasil-hasil lebih lanjut dari
penyelidikan-penyelidikan mereka. Semoga seluruh dunia tidak
lama lagi akan mengetahui lebih banyak tentang Manusia Kain
kafan dan menanggapi dengan cinta dan kerendahan hati yang
mendalam seruan yang tidak kunjung padam-- "Ecce homo!
Lihatlah manusia itu!"
------------------------------------------------------------
PERJALANAN SENGSARA YESUS
------------------------------------------------------------
(Nomor-nomor menunjukkan tempat di peta):
1. Tempat Yesus mengadakan Perjamuan Terakhir dengan para
rasul-Nya dan tempat Yesus mengadakan Sakramen
Ekaristi. Dari situ Yesus dan para rasul-Nya pergi
menyeberangi sungai Kedron
2. ke Taman Zaitun (Getsemani). Di situ Yesus berdoa
kepada Bapa-Nya, menderita sengsara batin, berpeluh
darah. Di situ pula Yudas Iskariot mengkhianati Yesus
dengan ciuman. Yesus ditangkap dan dibawa
3. ke tempat Anas, ayah mertua Kaifas. Di situ Yesus mulai
dituduh. Dari situ Yesus dibawa ke
4. tempat Kaifas, Imam Agung pada waktu itu. Dari situ
Yesus dibawa ke
5. sidang lengkap Sanhedrin, yang akhirnya menetapkan
Yesus sebagai penghojat Allah dan penghasut rakyat.
Dari situ Ia dibawa ke
6. istana Pilatus dan pretorium Romawi untuk dimintakan
pengadilan. Tetapi Pilatus percaya bahwa Yesus tidak
bersalah sedikit pun terhadap Roma, lalu mengirim-Nya
kepada
7. Herodes, raja orang Yahudi, yang wajib menangani
perkara orang Yahudi. Tetapi Herodes mengirimkan Yesus
kembali kepada
8. Pilatus. Pilatus tidak menemukan kesalahan sedikit pun,
tetapi karena ingin memuaskan orang-orang Yahudi, ia
menyuruh agar Yesus didera, dengan tidak bermaksud
membunuhNya. Selain didera, Yesus juga dimahkotai duri.
Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi
untuk disalibkan. Yesus memikul patibulum (kayu
palang)-Nya ke
9. bukit Golgotha. Di situ Yesus disalib. Sesudah Ia
meninggal, Ia diturunkan dari salib dan dibawa ke
10. kubur Yusuf Arimatea, yang masih baru dan belum pernah
dipakai, dan Yesus dimakamkan di situ.
Labels:
artikel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment